Edukasi Ibu Menyusui Asi Ekslusif
Abstract
ASI merupakan susu yang tepat untuk bayi karena susu ini khusus diproduksi ibu hanya untuk bayinya. Susu dari ibu memberikan energi yang paling penting untuk bayi. ASI tidak dapat digantikan oleh susu formula yang termahal sekalipun karena zat-zat yang terkadung dalam ASI memiliki suhu yang tepat untuk bayi, mengandung segala zat yang dibutuhkan bayi dan ASI tidak mengandung bakteri yang berbahaya bagi kesehatan bayi (Nirwana, 2014). Bayi yang mendapatkan ASI memiliki kesehatan dan kepandaian lebih optimal, selain itu ASI juga membuat potensial emosi yang stabil dan memiliki perkembangan sosial yang baik (Roesli, 2000). Pemberian ASI secara Ekslusif kepada bayi tidak saja menguntungkan untuk bayi, namun menguntungkan untuk keluarga, masyarakat, bahkan negara. Terlihat manfaat ASI untuk ibu salah satunya adalah mengurangi risiko kanker payudara dan ovarium.
Pemberian ASI Ekslusif mengurangi tingkat kematian bayi yang disebabkan berbagai penyakit yang umum menimpa anak-anak seperti diare dan radang paru (Wahyuni, 2012). Bayi dengan ASI Ekslusif akan memiliki daya tahan tubuh yang lebih kuat dibandingkan dengan bayi yang diberikan susu formula (Maryunani, 2012). ASI memberikan perlindungan kepada bayi terhadap berbagai penyakit terutama penyakit akibat infeksi. Menurut WHO, setiap tahun 1-1,5 juta bayi di dunia meninggal karena tidak diberi ASI secara Ekslusif (Roesli, 2000). Pedoman Internasional yang mengajukan pemberian ASI Eklusif selama 6 bulan pertama didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI Ekslusif bagi daya tahan hidup bayi (Wahyuni, 2012). Pemberian ASI secara Ekslusif di Indonesia pada Tahun 2013 adalah sebesar 54,3% . Cakupan pemberian ASI Ekslusif tertinggi terdapat di Nusa Tenggara Barat dengan cakupan 79,74% sedangkan cakupan pemberian ASI Ekslusif di Bali sebesar 69,29% (KemenKes RI, 2013). Pentingnya pemberian ASI Eksklusif terlihat dari peran dunia yaitu pada tahun 2006 WHO mengeluarkan Standar Pertumbuhan Anak yang kemudian diterapkan di seluruh dunia yang isinya adalah menekan pentingnya pemberian ASI kepada bayi sejak lahir sampai berusia 6 bulan. Pasal 128 Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan bahwa setiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu ekslusif sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, kecuali atas dedikasi medis dan selama pemberian air susu ibu, pihak keluarga, pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat harus mendukung ibu bayi secara penuh dengan penyediaan waktu dan fasilitas khusus.
References
Cahyani,Ni Wayan W. & Widarsa, I Ketut Tangking. (2014). Penerapan Analisis Jalur dalam Analisis Faktor Determinan Eksklusivitas Pemberian ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Payangan. Gianyar. Community Health, Volume 2, No.1: 96-106.
Dinas Kesehatan Kabupaten Lamongan. (2014). Pelaporan Pencapaian ASI Ekslusif.
Dinas Kesehatan Provinsi Bali. (2008). Pedoman Pelaksanaan Proram Perbaikan Gizi Masyarakat. Pemerintah Provinsi Bali Dinas Kesehatan.
Departemen Kesehatan RI. (2001). Profil Kesehatan Indonesia Indonesia 2001. Jakarta: Pusat Data Informasi Departemen kesehatan RI.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.(2003). Ibu Bekerja Tetap Memberikan Air Susu Ibu. Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Kesehatan. (2004). Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta. Departemen Kesehatan,
UNICEF. (1994). Peranan Bidan dan Perawat dalam Peningkatan Penggunaan Air Susu Ibu. Departemen Kesehatan. Jakarta.
Efendi, F., & Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik dalam Keperawatan. (Nursalam & Nurs, Eds.). Jakarta: Salemba Medika.
Gustina, Nila. (2008). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola Pemberian ASI di Puskesmas Kabupaten Pekanbaru. Program Pasca Sarjana Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogjakarta.
Heriati, D. (2013). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Ibu Tentang Penggunaan IUD Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin Tahun 2013. Karya Tulis Ilmiah. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan U’budiyah Program Studi Diploma III Kebidanan Banda Aceh.
Irwanto. (1989). Psikologi Umum. Jakarta: Gramedia
Maryunani, Anik. (2012). Inisiasi Menyusui Dini, ASI Eksklusif, dan Manajemen Laktasi. Bogor.
Nirwana, Ade Benih. (2014). ASI dan Susu Formula Kandungan dan Manfaat ASI dan Susu Formula. Nuha Medika. Yogyakarta.
Notoatmojo, S. (2002). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarkat. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmojo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmojo, S. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Saputra, M. G., Nurdiana, F., Kes, N. M., & Al Mabruri, M. F. (2020). HUBUNGAN PERAN GANDA DAN STRES KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT WANITA DI PELAYANAN RUMAH SAKIT. Journal Of Health Care, 1(2).
Ummah, F., Kusdiyana, A., & Saputra, M. G. (2021). PEMBERDAYAAN KADER POSYANDU DALAM PENCATATAN DAN PELAPORAN BERBASIS WEBSITE. Jurnal Abdimasmuhla, 2(1).
Prasetyono dkk. (2009). ASI Ekslusif. Yogjakarta: Diva Press. Presiden Republik Indonesia. Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Profil Kesehatan Indonesia. (2013). Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Roesli, Utami. (2000). Mengenal ASI Eksklusif. PT. Niaga Swadaya.
Roesli, Utami. (2005). Inisiasi Menyusui Dini plus ASI Ekslusif. Jakarta: Pustaka Bunda.
Saleh, Laode. (2011). Faktor-faktor yang Menghambat ASI Eksklusif Pada Bayi Usia 0-6 bulan. Semarang: Universitas Diponogoro.
Sunaryo. (2004). Psikologi Untuk Perawatan. Jakarta: EGC